Sontoloyo
>
Ada menteri Sontoloyo, itulah pernyatan Kepala Badan Intelejen Negara, Syamsir Siregar. Siapa menteri semacam itu, dan perilaku apa yang diperagakannya? Kekesalan Syamsir itu tidak akan bisa diverifikasi dengan jelas oleh publik. Ia hanyalah sebuah afirmasi atas kejengkelan hati melihat begitu tidak kompaknya cuaca kerja sama di Republik ini. Penuh perang interest, sarat adu kepentingan dan akhirnya berpoltiik memang tidak semata-mata untuk berkontribusi kepada kebaikan negara, melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri saja. Negara yang dikelola oleh pihak-pihak yang amat mementingkan diri sendiri itulah negara yang pasti amat tidak menarik hati. Ia akan penuh kekacauan. Seluruh kebijakannya hanya akan terhenti di tengah jalan. Jika seorang punya kebaikan, yang lain akan segera mengeroyoknya, karena kebaikan itu bisa meruntuhkan kekeliruan bersama yang telah menjadi lahan keuntungan.
Di dalam Pemerintahan pasti masih tersedia orang-orang baik. Kita mempercayai citra kebersihan hati Presiden. Tetapi kebersihan saja bisa tidak cukup jika cuma sendirian. Karena tidak perlu seluruh organ tubuh sakit untuk membuat manusia kehilangan daya hidup terbaiknya. Karena manusa memang tidak cukup hanya dengan hidup, tetapi harus hidup yang terbaik. Begitu juga organisasi negara, ia tidak cukup hanya dengan ada, tetapi juga ada dengan seluruh kebaikannya.
Maka jika dalam sebuah kabinet, benar-benar ada seorang menteri saja yang disebut sebagai sontoloyo itu, pasti akan menjadi persoalan serius bagi negara. Lalu apa jadinya yang disebut sebagai sontoloyo itu tidak cuma seorang? Padahal cukup satu orang di atas untuk membuat watak sontoloyo jajaran di bawahnya. Itulah watak yang akan membuat birokrasi tetap seret meskipun telah berubah aturan. Itulah yang negara masih berada dalam masa lalu walau seluruh jargon telah diubah menjadi masa sekarang.
Kinerja negara memang belum memuaskan, tetapi bukan berarti ia bisa dilawan dengan keonaran. Ketidak puasan semacam itu harus dilawan dengan perbaikan dari dalam, bukan penggerogotan dari dalam. Sudah lama rakyat dirugikan bahkan oleh siapa saja yang mengatas namakan kebaikan untruk rakyat tetapi dilampiaskan dengan keburukan. Dengan cara memprovokasi demo menjadi kerusuhan, dengan cara membayar massa sebagai alat penekan. Niat baik yang berdampak buruk itu, siapa lagi sebagai pembayar utamanya? Rakyat juga. Jadi, sulit sekali sekarang ini rakyat mencari, siapa sebenarnya pihak yang benar-benar jujur membela nasib mereka.
Oleh: Team Pemberitaan Smart FM
Ada menteri Sontoloyo, itulah pernyatan Kepala Badan Intelejen Negara, Syamsir Siregar. Siapa menteri semacam itu, dan perilaku apa yang diperagakannya? Kekesalan Syamsir itu tidak akan bisa diverifikasi dengan jelas oleh publik. Ia hanyalah sebuah afirmasi atas kejengkelan hati melihat begitu tidak kompaknya cuaca kerja sama di Republik ini. Penuh perang interest, sarat adu kepentingan dan akhirnya berpoltiik memang tidak semata-mata untuk berkontribusi kepada kebaikan negara, melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri saja. Negara yang dikelola oleh pihak-pihak yang amat mementingkan diri sendiri itulah negara yang pasti amat tidak menarik hati. Ia akan penuh kekacauan. Seluruh kebijakannya hanya akan terhenti di tengah jalan. Jika seorang punya kebaikan, yang lain akan segera mengeroyoknya, karena kebaikan itu bisa meruntuhkan kekeliruan bersama yang telah menjadi lahan keuntungan.
Di dalam Pemerintahan pasti masih tersedia orang-orang baik. Kita mempercayai citra kebersihan hati Presiden. Tetapi kebersihan saja bisa tidak cukup jika cuma sendirian. Karena tidak perlu seluruh organ tubuh sakit untuk membuat manusia kehilangan daya hidup terbaiknya. Karena manusa memang tidak cukup hanya dengan hidup, tetapi harus hidup yang terbaik. Begitu juga organisasi negara, ia tidak cukup hanya dengan ada, tetapi juga ada dengan seluruh kebaikannya.
Maka jika dalam sebuah kabinet, benar-benar ada seorang menteri saja yang disebut sebagai sontoloyo itu, pasti akan menjadi persoalan serius bagi negara. Lalu apa jadinya yang disebut sebagai sontoloyo itu tidak cuma seorang? Padahal cukup satu orang di atas untuk membuat watak sontoloyo jajaran di bawahnya. Itulah watak yang akan membuat birokrasi tetap seret meskipun telah berubah aturan. Itulah yang negara masih berada dalam masa lalu walau seluruh jargon telah diubah menjadi masa sekarang.
Kinerja negara memang belum memuaskan, tetapi bukan berarti ia bisa dilawan dengan keonaran. Ketidak puasan semacam itu harus dilawan dengan perbaikan dari dalam, bukan penggerogotan dari dalam. Sudah lama rakyat dirugikan bahkan oleh siapa saja yang mengatas namakan kebaikan untruk rakyat tetapi dilampiaskan dengan keburukan. Dengan cara memprovokasi demo menjadi kerusuhan, dengan cara membayar massa sebagai alat penekan. Niat baik yang berdampak buruk itu, siapa lagi sebagai pembayar utamanya? Rakyat juga. Jadi, sulit sekali sekarang ini rakyat mencari, siapa sebenarnya pihak yang benar-benar jujur membela nasib mereka.
0 komentar:
Posting Komentar