Selamat Datang...

MEDIA KITA hadir dengan tampilan baru yang lebih fresh  dan memikat. MEDIA KITA tetap berkomitmen untuk memberikan informasi yang benar sesuai dengan fakta-fakta yang ada dan akan selalu memberikan informasi yang segar, informatif, variatif dan inspiratif buat pembaca MEDIA KITA.

MEDIA KITA menerima pemasangan iklan dengan harga kompetitif keterangan lebih lanjut ke idolazay[at]gmail.com

Gelang Merah Untuk Anak Indonesia

Malaysia, Negara yang paling menyebalkan

> Hubungan kita dengan tetangga serumpun ini memang akhir-akhir ini agak memanas. Nasib tenaga kerja Indonesia di Malaysia sering menjadi berita. Yang terkenal tentu saja adalah kasus Ceriyati yang tidak ceria itu. Dia nekad kabur melalui jendela apartemen di Malaysia menggunakan untaian kain yang dipilin-pilin. Dia mengaku disiksa oleh majikannya yang berkewarganegaraan Malaysia.

Kemudian ada TKW yang bernama Parsiti yang juga nekat kabur dari lantai 22 sebuah apartemen di Klang, Selangor, Malaysia. Nasibnya masih mujur, ia diselamatkan tetangganya ketika tergaing-gaing di lantai 15. Parsiti nekat kabur karena tidak tahan dianiaya majikan perem­puannya. TKI ini menjadi PRT sejak tiga bulan lalu pada sebuah keluarga yang oleh Parsiti sendiri tidak diketahui siapa namanya. Pariati sempat bergelantungan selama 30 menit di depan sebuah jendela lantai 15 apartemen tempat majikannya tinggal.

Kemudian ada kasus Astro yang dianggap melakukan monopoli siaran pertandingan Liga Primer Inggris setelah tahun-tahun sebelumnya kita bisa menikmati aksi sepak bola ini secara gratis lewat tv lokal. Tentu saja para penggila Liga Primer sangat geram terhadap Astro yang notabene adalah perusahaan asal Malaysia yang bekerjasama dengan perusahaan lokal Indonesia untuk menyediakan layanan televisi berlangganan.

Sekarang ada lagi kasus yang baru. Seorang wasit Kejuaraan Karate Internasional asal Indonesia bernama Donald Peter Luther dipukuli oleh polisi Malaysia hingga babak belur. Kondisi Donald, yang diundang sebagai wasit resmi kejuaraan karate internasional itu sungguh memilukan. Mata, pipi kiri, pipi kanan dan kemaluannya bengkak serta rusuk bagian kanannya rusak gara-gara dihajar dengan membabibuta oleh polisi Malaysia. Tidak heran jika akhirnya Indonesia memutuskan menarik diri dari Kejuaraan Karate Internasional itu. Sungguh biadab polisi Malaysia itu. Tidak berperikemanusian. Tidak menghargai tamu yang datang atas undangan resmi.

Kini ada kasus baru lagi. Lagu Rasa Sayange yang sejak jaman kita masih TK sering dinyanyikan saat berlatih Pramuka, digunakan oleh Malingsia untuk mempromosikan pariwisata negeri itu. Ya, lagu itu dirampas begitu saja oleh Malingsia tanpa ijin dari Indonesia. Parah… Mereka merampas hasil kebudayaan Indonesia.

Well, lagu ini kemungkinan besar memang lagu rakyat yang bisa dikategorikan sebagai folklore. Bisa jadi memang kita tidak bisa membuktikan hitam di atas putih bahwa lagu ini diciptakan oleh orang Indonesia. Namun, secara etika sebaiknya Malingsia tidak menggunakan lagu yang nyata-nyata berasal dari Maluku untuk mempromosikan kebudayaan mereka.

Benar-benar Malaysia telah merampas banyak hal dari Indonesia. Tidak heran jika di berbagai forum banyak yang menyebut Malaysia sebagai Malingsia. Ya, kita tahu bahwa maling adalah pencuri atau perampas hak orang lain.

Lebih daripada itu, Malingsia juga mengklaim bahwa wayang dan batik juga sebagai milik mereka. Mereka mengatakan bahwa Indonesia tidak mempunyai hak untuk mengklaim bahwa Wayang sebagai milik negara kita. Apa alasannya? Mereka bilang Wayang dibawa oleh orang Hindu pada jaman Sriwijaya pada abad ke tujuh dan pertunjukan seperti ini menyebar ke Langkasuka (Kedah), Palembang, Batavia and Temasik.

Terus, kalau Indonesia akan menggugatnya, Malingsia mengatakan bahwa Indonesia akan menemui jalan buntu:

But if Indonesia wants to pursue the matter, it will face a dead end and will also affect Malingsia-Indonesia relations,” kata pejabat Malaysia yang bernama Datuk Seri Dr Rais Yatim.

Well, Malaysia nampaknya mulai sombong dengan keberhasilan pembangunan ekonominya. Sayangnya mereka takabur, tidak sadar bahwa yang mengerjakan berbagai proyek gedung bertingkat di sana adalah para buruh asal Indonesia. Yang mengerjakan perkebunan kelapa sawit mereka juga sebagian besar adalah buruh Indonesia. Sayangnya perlakukan mereka tidak manusiawi. Kita dianggap sebagai bangsa budak yang bisa disiksa seenaknya majikan.

Bagaimana nih, kita dilecehkan sebagai sebuah bangsa…



0 komentar:

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent